#GIJC15 Rocks!

Ada di #GIJC15 ini sungguh luar biasa. Berada di tengah jurnalis yang hebat-hebat ini, I feel so little. Like I’m nothing compared to them — the work, the bravery, everything!

Buku program #GIJC15

Buku program #GIJC15

Yang paling seru selama di #GIJC15 ini adalah belajar banyaaaak sekali hal baru! Acara ini memang memasukkan banyak materi soal data journalism, sebagai tren baru di dunia jurnalisme yang bisa juga dipakai oleh media untuk melakukan investigasi.

Untungnya gw juga seneng nerd things kayak gini. Gw ikut kelas Facebook Graph, belajar bikin chart pakai Tableau, bikin peta interaktif pakai CartoDB, keriting mempelejari Google Refine, dan banyak lagi yang lainnya. Total ada ratusan sesi di #GIJC15 dan banyak sekali materi yang baguuuuus. Sampai bingung milihnya!

Sudah dikasih kode K, C, E, H, N :)

Sudah dikasih kode K, C, E, H, N 🙂

Yang menyenangkan adalah di #GIJC15 ini ada lima orang Indonesia: gw, Komang (Tempo), Mbak Eni (PPMN/Jaring), Nezar Patria (The Jakarta Post) dan Bang Hasudungan Sirait — nah kalau ini mah senior banget 🙂 Dan karena Mbak Eni serta Komang itu sungguh well-planned, jadi sejak awal kita sudah pasang strategi. Kita semua pergi ke kelas yang berbeda-beda, setelah itu sharing sehingga semua dapat banyak ilmu.

Dan guess what, Komang bahkan sudah kirim materi ke dropbox lho! Sementara ilmu CartoDB, Tableau gw masih melayang ke mana-mana 🙂

It was an honour to be here. We can’t wait to share it with the others!

Oh ya, kalau mau cari ilmu baru data journalism, bisa cari #GJIC15 dan di situ ada banyaaaak sekali postingan materi baru yang super kece! Ayok belajar terus!

Autumn in Lillehammer

Gw, Komang, Mbak Eni.

Gw, Komang, Mbak Eni.

Perjalanan ke Norway lancar jaya. Gw beruntung karena check in online dan pilih tempat duduk di deretan kursi yang panjang. Dan pesawat kosong. Jadilah dari Jakarta ke Istanbul, gw sukses tidur selonjoran. Sementara dari Istanbul ke Oslo cuma sebentar jadi ya cincay aja lah kalau nggak tidur di pesawat.

Dari bandara Oslo, kita naik kereta 2 jam ke Lillehammer. Venue acara Global Investigative Journalism Conference 2015 memang dibikin di kota itu. Kota kecil, tempat olimpiade musim dingin. Dan kita tahu apa itu artinya pas sampai di Lillehammer dan tidak ada taksi.

Artinya: jalan nanjak sambil geret koper. Mantaaaaaaap!

ID Card #GIJC15

ID Card #GIJC15

Begitu sampai di Lillehammer, tujuan pertama adalah venue, yang adalah di hotel Radisson Blu. Mbak Eni dan Komang tinggalnya di situ, sementara gw di Birkebeineren Apartment.

Maka terjadilah percakapan ini dengan mbak resepsionis di Radission Blu.

Menuju Birkebeineren.

Menuju Birkebeineren.

Q: How do I get there?

A: You go across the parking lot. There’s a forest there. You take a path inside the forest, then there’s a bridge across the river, you go pass it. And then there’s a big red building, that’s your apartment.

Denger penjelasan begitu setelah jalan nanjak setengah jam itu rasanya…. lemes…

Tapi ya a girl got to do what a girl got to do! Jadilah gw bareng Nicholas, teman jurnalis baru kenalan asal Yunani, barengan menuju apartemen. Untuuung bareng dia. Soalnya ada salah satu bagian dari pathway itu yang jalanannya menurun dan batu-batu. Rasanya gw bias nggelundung kalau bawa koper sambil nurun begitu.

Apartemen 612

Apartemen 612

Begitu sampai di Birkebeineren Apartment, ternyata gw harus nanjak sedikit lagi. Karena gw ada di Apartment 1 dan itu paling ujung. Oh man.

Tapi.. begitu sampai… I can’t complain deh!

The view from my apartment.

The view from my apartment.

I Want To Be A Part of It… New York, New York!

Tags

, ,

It’s a super late post. But I feel like remembering my trip to New York last February.

NY view from hotel

Kalau dipikir-pikir, itu saat yang salah banget untuk berkunjung ke New York. Blizzard bow! Baru sekali itu tuh gw berada di kota asing, berjalan di jam 8 malam, di tengah salju, di tengah kota yang sepi, lalu begitu sampai di hotel, mendapati kalau kota ditutup karena blizzard.

Blaaah banget itu rasanya. Nggak karuan. Antara ngeri kalau nggak bisa makan kalau besok supermarket pada tutup juga ngeri duit abis kalau terpaksa makan di hotel. Gile, makan di hotel kan edyaaaaan mahalnya. Di Jakarta aja mahal, lha ini di New York mak!

Jadilah gw seperti locals yang mantengin TV terus soal berita terkait blizzard. Sampai tengah malam gw nontonin berita, pagi-pagi sebelum jalan keluar itu nonton berita dulu untuk cek pengumuman dari walikota New York soal gimana kondisi kota. Makanya gw sungguh berbahagia sekali karena kota dinyatakan aman untuk dilalui pagi itu — waktu itu hari kedua gw sampai di New York.

Grand Central Station

Dan pagi itu gw sungguh tiada juntrungan. Ikut bareng locals nunggu di Grand Central Station. Mereka sih emang mau pergi kerja atau ke mana lah itu, sementara gw cuma pingin jalan-jalan di dalam dan menikmati suasana stasiun kece ini lebih lama, haha.

Times Square!

Jadilah di hari itu gw justru puas-puasin jalan. Gw jalan kaki sampai Times Square mak. Dan itu…. j-a-u-h, secara hotel gw itu deket UN headquarter. Eh atau sebenernya itu mungkin deket, tapi karena dingin dan masih banyak salju, jadinya berasa banget ya. Berasa dingiiiiin dan berasa basaaaah itu boots gw! Kaki sampai beku kedinginan karena kaos kaki juga basah karena salju, huhuhu.

Gw beruntung banget bisa ketemu sama Margaret Scott di sana. Itu temannya bos gw dan ternyata such a big name untuk kawan-kawan jurnalis/aktivis di Jakarta. Senior lah. Dan sekarang mengajar di NYU. Dia ngasih pinjam sepatu, kaos kaki, ngajak makan di restoran Indonesia di mana gw bisa minum teh kotak — senang! Tapi lagi-lagi, tolol banget gw karena nggak foto sama dia!

Central Park

Yang juga beruntung adalah bisa bertemu Berni Mustafa. Ini adalah teman liputan jaman rikiplik dulu. Dia dulu masih liputan di The Jakarta Post. Dulu gw bareng sama Berni ini liputan di Aceh yang penuh suka duka ituh. Sekarang rupanya dia lagi sekolah lagi di New York. Meski Berni ini orangnya pendiam, ternyata sukses juga kita berbincang-bincang sambil jalan membelah kota New York bersama-sama, haha! Dan karena ada Bernie juga, gw sukses menjejakkan kaki ke Central Park. Iyes! THE Central Park. Oh I feel soooo like in the movies, hahaha!

Bareng Berni

Dan ternyata Berni itu juga jarang ke Central Park. Dia ngekos di tempat yang rada minggir supaya harganya murah. Oh yes, tentu I know that so well. Dan karena itu begitu kita berdua masuk ke Central Park, Berni bilang,”Gw juga belum pernah masuk Central Park dari sisi sini.” Aha! There’s always the first time for everything ya booook.

Cracking the Code

Ok, now about work. Haha. My trip to New York was awesooome! From the conference Cracking the Code, I met some excellent ladies doing magical things with digital world.

Awesome chicks!

And I mean… EXCELLENT! I felt so little compared to them. And not to mention that they’re all sooooo yooung, soooo talented and soooo humble!! Duh bener-bener ngiri lahir batin ya di situ itu. Ada yang digital team pertamanya Guardian, ada yang bikin start up long form journalism, ada yang bikin media untuk perempuan di Zimbabwe.. dan banyak lagi yang bener-bener sukses bikin gw merasa…. nggak berguna 🙂

Hackaton!

Aha, dan jangan lupa juga kalau di New York inilah gw menjalani hackaton pertama gw *terharu* Ide dari tim kami adalah bikin apps untuk menghubungkan jurnalis dengan profesi lain seperti desainer, marketing dan sebagainya untuk bikin sesuatu. Daaan kami menang hadiah $1000 dari Google dong! Hebat kaaaaaan!!

Bagel!

Dan inilah akhir dari catatan perjalanan gw di New York yang tertunda selama berbulan-bulan, hehe. Dan gw pun mengakhiri New York dengan makan sesuatu yang oh so New Yorker… bagel!!!

Thank you so much New York… for the proper winter, for the experience of walking among the snow, letting me eat out like a New Yorker and yes, I had a tremendous time there. Muah!

Post-card view from my hotel room

To The Land of the Vikings

Norway 1967

Norway 1967

Pas dapat undangan untuk ke Norway pekan depan, sebetulnya surprise juga. Eh, tepatnya, surprise banget. Gw? Diundang ke conference soal investigative journalism? Nggak salah nih? *celingukan*

It turns out kalau ternyata yang mengajukan nama gw adalah Komang dari Tempo. Whoa, this such an honor! I’m always excited with new ideas and conferences and anything that related to learning, and it’s in Norway! NORWAY!

But wait… ada apa ya di Norway? Aha! Norwegian wood. Norwegian salmon. SALMON! Yeaaah! Dan jangan lupa…. “Takeee… ooon… meee…” #nyanyi #Aha

Tapi seperti perjalanan gw pertama kali ke Eropa, maka yang di Norway ini juga ada twist-nya. Yaitu, gw nggak akan ada di Oslo, tapi di sebuah kota bernama Lillehammer. Kaiyyaaa… teringat masa-masa di kota Kalmar, Swedia deh ini… sepi, dingin dan… sepi! Setelah cek-cek, ternyata Lillehammer adalah kota tempat dilangsungkannya olimpiade musim dingin. Oh wow, not so bad after all hahaha.

All my bags are packed, padahal baru jalan 4 hari lagi. Tapi berhubung masih banyak PR kerjaan, mendingan packing diberesin segera.

Selamat datang kembali suhu di bawah 10 derajat Celcius!!

=

Terjebak Blizzard di New York

Tags

, ,

Selama 11 jam terakhir, terbang dari Narita ke JFK di New York rasanya degdegan banget. Langit gelap (ya karena di Tokyo lagi malam juga sih) dan seperti diguyur hujan sepanjang jalan. Mau nanya, gak berani. Apalagi sebelum berangkat dapat email dari Margaret Scott soal blizzard. Pas saat itu sebetulnya gw bertanya-tanya dalam hati: blizzard kayak gimana ya?

Dan barulah gw liat apa itu dampak blizzard begitu pesawat mendekati New York. Makin jelas pas mendarat… wwuuiiihh…

image

Dari bandara, gw pakai NYC Airporter sesuai rencana dan hasil riset. Dari bandara ke downtown itu 16 USD. Di luar banyak yang antri taksi dan antriannya udah lama, kata petugas bis. Haduh untunglah gw memang mau pakai shuttle.

Di dalam bis, petugas kasih pengumuman: “The city is shutting down.”

Eh buset. Pas beneeer yak sama gw di New York! Ini kali pertama gw di sini niiih…. masa begini?

Bus berhenti dekat Grand Central Terminal. Cari makan, minum, lalu tanya ke polisi cara menuju ke One UN Hotel. Gw nanya ke petugas NYPD… kayak di film-film… haha.

image

Abis makan, baru jalan deh. Eh foto dulu deng di Grand Central hihi. Kata bapak di sebelah gw,”I’ve never seen this place so empty before.” Gw mau nyaut “Yah saya orang baru Pak” gak enak..

image

Dan ternyata mayyaaan juga ya jalan di tengah hujan salju dan menginjak salju yang sudah meleleh. Basaaahh dan dingiiiin! Jalanan sepiiiii banget. Toko-toko pada tutup. Mobil jarang lewat dan nggak ada orang buat ditanya, arah gw ini bener atau nggak. Hadeuh.

Salju yang udah keinjek-injek itu ternyata jelek penampakannya ya. Abu-abu dan blenyek. Basah. Iukh. Ya maklum deh, ini kali pertama gw ketemu salju dengan jumlah banyak. Pas di London kan cuma ketemu es serut 🙂

Sebenernya pengeeen banget foto-foto. Secara tongsis udah siap di tas kecil. Tapi antara bega geret-geret koper dan ngeri ada di jalanan sepi sendirian.. jadi ya batal aja deh.

Akhirnya jam 7.30an sampai di hotel. Hangaaaatt!

Nyalain TV malah cemas. Snow bakal setinggi 40 inchi besok. Will get worse tomorrow. Orang pada nyetok makanan, borong di supermarket. Subway dihentikan jam 11 malam tadi. Sekolah diliburkan, kantor juga. Bandara JFK ditutup, penerbangan dibatalkan. The worst snow in 5 years.

Hadeeeh…. maaaak!

Welcome to New York City!

image

Rezim Itu Bernama Klik

To click or not to click.

To click or not to click.

Di acara #BBCIndonesia65 gw ketemu kawan lama yang kini bekerja di sebuah media online beken dan besar. Lalu kami berbincang tentang berita yang muncul di media online. Bahwa kata kunci seks itu sangat laku di media online mana pun – baik yang terkenal cupu maupun yang sebetulnya punya latar bekalang jurnalistik yang baik.

“Gw itu spesialis nulis berita yang aneh-aneh gitu deh,” kata kawan gw itu. Dan dia sudah membuktikan berkali-kali bahwa berita seks itu selalu laris – jauh lebih laris dibandingkan berita nasional atau politik yang nota bene seharusnya dilihat sebagai berita penting. Continue reading

Bantal Bekasi Mana Nih?

10385387_10152826878711411_9000203464442107303_nMulanya adalah menemukan bantal ini di Alun-alun Indonesia di Grand Indonesia. Bongkar-bongkar rak, nemunya Tebet, Bintaro, Tanah Abang. Mana Bekasi nih?

Hilman bilang,”Mungkin itu nama stasiun?”

Bongkar lagi raknya. Ah enggak, buktinya ada bantal yang tulisannya Kemang!

Curang nih!

Dan bantal ini juga yang mendorong gw ke Pasar Jatiasih tadi pagi untuk nyari bantal, nyari kain, nyari tukang jait dan nyari tukang sablon. Penasaran. Kayak apa rasanya kalau punya bantal bertuliskan Jatisari, Babelan, Sepanjang Jaya atau Kp Payangan yang super kece. Tunggu ya. Bekasi fights back! Nyahahahaha.